Berdasarkan apa yang saya telah lihat dalam kompetisi Piala Dunia sebulan ini, saya mengusulkan daftar pelajaran terpetik dari kompetisi akbar penting yang kiranya mendapat perhatian bagi pengurus PSSI dalam mempersiapkan tim nasional di Piala Dunia masa depan.
1. Bermain cepat dan efisien. Lupakan permainan indah dan penuh gaya. Pakem jaman kini adalah memainkan bola dengan efisien agar permainan melaju cepat. Permainan efisien juga mengurangi resiko kebobolan, sebagaimanan yang terjadi pada pemain yang doyan memainkan bola sendirian. Tim-tim dalam PD 2010--Jerman, Belanda, Portugal, Spanyol, Jepang--menunjukan hal ini. Silahkan berkomentar apa saja, yang pasti kenyataan menunjukan ketrampilan individual tidak akan memenangkan pertandingan, apakah Messi dan Christiano Ronaldo dapat menunjukan ketrampilan individual mereka.
2. Tingkatkan fisik pemain. Permainan cepat menuntut kekuatan fisik yang prima. Tim Korsel dan Jepang tidak mungkin bisa meingkatkan prestasi di PD 2010 tanpa memperbaiki fisik para pemainnya. Jadi, pemain Indonesia harus mampu menjalani pola hidup dan diet ketat. Mereka harus disiplin dalam latihan fisik--kebugaran dan kekuatan. Pola makan harus teratur dan berimbang, banyak mengkonsumsi protein, karbohidrat, serat, dan vitamin. Gaya hidup juga harus disiplin dimana pemain harus tidur 8 jam sehari (jangan kelayapan malam-malam), tidak merokok ataupun minum alkohol, apalagi pakai narkotik. Ini berarti, klub-klub sepakbola Indonesia wajib memiliki fasilitas kebugaran seperti pusat kebugaran profesional, mempekerjakan ahli gizi serta pelatih fisik/kebugaran.
3. Bermainlah secara kolektif. Jaman dimana seorang pemain bola bisa menunjukan ketrampilan individualnya sudah lewat. Permainan kolektif terbukti menghasilkan gol lebih cepat dan lebih banyak. Permainan ini juga bagus dalam bertahan. Sehebat apapun kemampuan Messi dalam menggiring bola, dia sulit berkembang karena terus dibayangi tiga pemain. Contoh bagus permainan kolektif terdapat pada tim Jerman yang gol-golnya lebih banyak dihasilkan dari permainan tiga-empat orang di depan gawang. Dan permainan kolektif ini sangat bagus diterapkan pada tim yang ketrampilan individualnya rendah. Tim AS, Slovenia, Swiss, Paraguay, Jepang, dan Uruguay berhasil lolos dari penyisihan grup dengan cara ini.
4. Tiru strategi Loew. Tim lemah cenderung memainkan strategi Anti Football, bertahan ketat dengan 5 pemain di kotak penalti dan puas dengan skor 1-0 seperti yang diperlihatkan tim Swiss, Selandia Baru, dan Slowakia. Akan tetapi, strategi ini mendapatkan kritikan karena mencederai semangat permainan sepak bola. Jalan keluarnya, gunakan skema Loew. Pancing lawan agar bermain jauh ke dalam, curi bola dan lakukan serangan balik secepat kilat. Menurut saya, Loew berhasil membuat strategi bertahan terlihat lebih indah.
5. Gunakan pemain muda. Tim-tim yang melaju ke babak semifinal sangat mengandalkan pemain muda. Di tim Spanyol, Uruguay, Belanda, dan Jerman, usia pemain berkisar diantara 20-35. Yang paling muda usia rata-ratanya Jerman, 24 tahun. Manfaat dari pemain muda: mereka lebih cepat, lebih responsif, lebih mudah dibentuk, dan lebih cepat pulih dari cedera. Lebih emosional? Relatif, tetapi pemain muda sangat lapar dan penuh gairah dalam bermain. Satu lagi, motivasi mereka tidak pernah surut. Ini terlihat dalam tim Spanyol dan Jerman.
6. Selalu siapkan rencana cadangan. JANGAN TIRU Loew. Strategi memancing Loew berhasil mempecundangi Argentina dan Inggris. Karena itu, dia pikir Del Bosque akan jatuh dalam perangkap yang sama dan kembali menerapkan strategi yang sama. Apa dia kira Del Bosque pelatih kacangan? Terbukti, ketika Spanyol berhasil menetralisir strategi Jerman dengan disiplin dalam bertahan dan menyerang, pemain Jerman seperti kehilangan inspirasi. Dan ketika Spanyol berhasil mencetak gol, pemain Jerman tiba-tiba seperti tidak tahu bagaimana cara mneyerang untuk menyamakan kedudukan. Kelihatan sekali, Loew selama ini melatih pemainnya untuk memainkan satu jenis strategi. Jadi, selalu siapkan strategi cadangan agar permainan tim tidak pernah surut.
7. Jangan tiru Inggris. Saya pendukung setia tim Inggris dalam kompetisi apapun, tetapi saya harus mengakui Beckenbauer benar saat mengatakan tim Inggris memainkan strategi yang kuno, Kick and Rush. Dari semua tim yang berlaga di PD 2010, hanya Inggris yang memainkannya. Sisanya memainkan bola dari kaki ke kaki. Kick and Rush sudah punah karena terlalu mudah dibaca. Indah atau tidak adalah relatif namun tingkat produktifitas Inggris yang begitu rendah dan cara bermain pemainnya menunjukan bila sudah senja bagi strategi ini.
8. Jangan bermain keras. Permainan keras tidak baik untuk pencitraan tim dan tidak baik kalau banyak pemain terkena kartu kuning hingga berujung pada kartu merah. Belajarlah dari Belanda.
9. Jangan bersandiwara di kotak penalti. Wasit sekarang sulit untuk dikibuli seperti dulu. Silahkan bersandiwara di luar kotak penalti dan Anda akan dapat tendangan bebas. Tapi sandiwara untuk penalti sudah tidak jaman. Lupakan penalti dan fokus pada permainan serta usaha mencetak gol dengan jujur. Robben adalah contoh paling baik. Begitu seringnya di bersandiwara, dia lupa untuk bermain baik. Buktinya, dua peluang emas di depan gawang Spanyol dia gagalkan sendiri. Karma emang nggak lari ke mana-mana.
Posted by Todo Sibuea to Some Personal Thoughts
Itulah daftarnya, yang ingin menambahkan monggo.